Puluhan mahasiswa sekitar pukul 10.00 WIB berkumpul di tugu ikon Kota Kebumen. Mereka menyampaikan orasi secara bergantian dan membentangkan spanduk yang berisi tiga tuntutan rakyat (tritura), yakni Stop Segala Bentuk Komersialisasi Pendidikan dan Pungutan Liar di Sekolah, Hentikan Segala Bentuk Dikotomi Pendidikan, Pertegas Visi dan Arah Pendidikan Nasional.
Koordinator Aksi Miftakhudin mengatakan, aksi damai itu bentuk keprihatinan mahasiswa terhadap carut marut pendidikan yang terus berkepanjangan. ’’Itu karena pemerintah telah melakukan komersialisasi pendidikan. Kami menuntut, stop komersialisasi pendidikan dan segala bentuk pungutan liar di sekolah segera!" tandasnya. Salah satu bentuk komersialisasi pendidikan yakni dengan adanya program sekolah berstandar internasional (SBI) yang mengacu kurikulum Cambridge Inggris atau International Baccalaueate (BI) dengan pengantar Bahasa Inggris. ’’Model pendidikan itu jelas mengikis jati diri bangsa ini. Bagaimana masa depan bangsa kita jika anak-anak dididik dengan dengan kurikulum dan pola pikir bangsa lain," tegasnya.
Menurut dia, SBI hanya akan menjauhkan anak bangsa dari realitas budaya nusantara. Padahal di sisi lain, pemerintah juga menggemborkan-gemborkan sekolah gratis bagi SD dan SMP sederajat negeri dan swasta. Namun, seperti diiklankan di sejumlah media
Dikatakannya, program SBI membuktikan pemerintah saat ini tidak mampu menyediakan, mendidik dan menjadikan anak bangsa mandiri dengan pendidikan. ’’Pertegas kembali visi dan arah pendidikan nasional," ujarnya. Terkait dengan masih banyaknya pungutan liar di sekolah yang memberatkan orangtua siswa, Miftakh meminta Pemkab Kebumen dan DPRD segera merumuskan Perda yang melarang pungutan liar di sekolah. ’’Tidak cukup hanya Perbup, diperlukan aturan yang mengikat semua elemen, yakni pemkab atau dinas dan sekolah, DPRD, dan masyarakat," tandasnya. Lebih lanjut Miftakh mengatakan, aksi damai itu digelar serentak oleh BEM Perguruan Tinggi Nahdlatul Ulama (PTNU) se-Indonesia.
wah mantap nih bung
BalasHapus